Sabtu, 20 Februari 2016

CARA BUDIDAYA DURIAN MONTONG

CARA BUDIDAYA DURIAN MONTONG


durian montong
Durian ini berasal dari Thailand. Tanaman Durian monthong merupakan tanaman genjah. Mampu berproduksi pada umur 4-5 tahun sejak ditanam dengan bibit asal sambung pucuk. Produksi buahnya cukup banyak. Mampu beradaptasi pada berbagai tempat. Sayangnya, tanaman ini tidak mempunyai ketahanan terhadap penyakit Phytophthora .sp. Bentuk buah bervariasi, dari bulat panjang sampai hampir persegi. Durinya besar dan tersusun jarang. Bobot buahnya mampu mencapai 6 kg. Kulitnya tebal dengan warna hij au. juringnya ada 5. Warna daging buah ada yang kuning emas, ada pula yang krem. Dagingnya sangat tebal dengan rasa manis legit dan aroma harum sedang.

Manfaat

Buah durian matang, atau tepatnya arilusnya, yang merupakan bagian yang dapat dimakan, umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar. Di pasar, buah durian ini mengiklankan diri melalui baunya yang keras dan khas. Buah durian sangat disukai orang, sehingga panen padi di Indonesia akan terbengkalai jika bertepatan dengan panen buah durian, dan sampai puncak masa panen durian orang-orang masih bernafsu besar untuk memakannya. Buah durian diawetkan dengan cara mengeringkan daging buahnya menjadi kue durian, atau diolah menjadi dodol; dapat pula difermentasi atau dijadikan asinan. Kini arilus durian juga diciutkan dan dibungkus, lalu dibekukan untuk memperpanjang penyediaan durian; dengan cara ini buah durian dapat diterima di pasaran ekspor. Rasa durian lebih disenangi di dalam es krim dan kue-kue. Biji durian yang direbus atau dibakar dimakan sebagai makanan kecil. Pucuk muda dan buahnya yang masih muda dapat dimasak untuk lalap. Kulit buah yang dikeringkan digunakan sebagai bahan bakar, terutama untuk mengasapi ikan. Beberapa bagian pohon durian dimanfaatkan sebagai obat; buah durian dianggap dapat menyembuhkan kesehatan orang atau hewan yang sakit. Menurut kepercayaan yang umum dianut, orang yang memakan durian dibarengi dengan minuman beralkohol dapat menyebabkan sakit atau bahkan mematikan. Kayunya yang kasar dan ringan tidak tahan lama, tetapi dapat digunakan untuk konstruksi dalam rumah clan perkakas rumah yang murahan.

Syarat Tumbuh

Tanaman durian dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Namun, produksi terbaiknya dicapai jika penanaman dilakukan pada ketinggian 400-600 m di atas permukaan laut. Tanaman ini menyukai daerah yang beriklim basah atau tempat-tempat yang banyak turun hujan. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhannya yaitu tanah yang lembap, subur, gembur, tak bercadas, dan kedalaman air tanahnya tidak lebih dari 1 m.


Di Indonesia, sebagian besar durian masih ditumbuhkan dari benih, walaupun beberapa cara perbanyakan klon telah dipraktekkan pula. Di Filipina, perbanyakan dengan benih telah diganti dengan penyambungan sanding (inarching) dan penyambungan celah (cleft grafting). Di Thailand, pembibitan-pembibitan menghasilkan sejumlah besar 1′pohon durian melalui dua cara. Penyusuan secara tradisional mungkin merupakan penyambungan sanding yang cukup sederhana dan sangat tinggi persentase keberhasilannya; caranya ‘ialah batang bawah yang dipelihara dalam kantung dibuntungi dan disisipkan ke cabang kecil pada tanaman induknya. Cara lainnya ialah penyambungan hipokotil, menggunakan semai dalam pot, berumur 5-6 minggu, yang disambung-celah dengan batang atas-mini yang dipotong dari pucuk lateral yang tipis saja. Perlakuan fungisida, terowongan plastik, dan naungan berat sangat diperlukan untuk melindungi jaringan yang masih rapuh. Lima orang pekerja yang berpengalaman dapat mengerjakan 300 sambungan, dikerjakan dari pukul 8 malam sampai tengah malam ; menghindari panasnya siang hari konon merupakan faktor penting alam mencapai tingkat keberhasilan di atas 90176. Benih durian kv. ‘Chanee’ biasa digunakan di Thailand untuk meningkatkan penyediaan batang bawah. Anakan durian dapat ditanam di lapangan seteiah berumur 1 tahun, dengan jarak tanam 8-16 m. Pada tahun pertama diperlukan naungan. Pada jarak tanam yang lebih rapat, mungkin kebun durian itu perlu penjarangan setelah 8-1

Pemeliharaan

Gulma dibabat dan dibiarkan sebagai mulsa, tetapi lahan di bawah kanopi pohon diusahakan bebas dari gulma. Penyedotan hara sampai saat panen berjumlah 2,4 kg N, 0,4 kg P, 4,2 kg K, 0,3 kg Ca, dan 0,5 kg Mg per ton buah, tetapi penyedotan hara total belum pernah diteliti. Praktek di Thailand ialah memberikan pupuk majemuk dekat dengan garis-tetes segera setelah muncul kuncup bunga, ditunjang dengan pemberian pupuk di atas tanah jika telah ada pembentukan buah yang lebat; pemberian pupuk lainnya dilakukan setelah panen. Jika tersedia pupuk kandang, dapat menggantikan pemberian pupuk yang terakhir.

Hama dan Penyakit

Penyakit busuk akar, penyakit busuk pangkal batang, atau kanker-bintik (patch canker), yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora, merupakan pembunuh yang ditakuti. Jamur ini hidup di dalam tanah dan memperlemah pohon dengan cara menginfeksi akar. Infeksi bagian di atas permukaan tanah juga terjadi, barangkali terutama disebabkan oleh cipratan partikel-partikel tanah. Pohon durian akan mati jika infeksi pada pangkal batang lama-lama melukai keliling batang pohon itu. Untuk memberantas penyakit ini, pangkal batang diusahakan bebas dari tunas-tunas lateral setinggi 1 m atau lebih, lahan sekitar pohon agar bebas dari gulma, dan pengairan hendaknya tidak membasahi pangkal batang atau tanah yang dekat situ, juga air penyiraman dari satu pohon tidak membasahi pohon lain. Semacam pasta fungisida (sistemik) dicatkan pada pangkal batang durian, dan pohonnya hendaknya seringkali diperiksa, bagian yang terinfeksi agar dipotong dan bekas lukanya dibersihkan. Penyakit-penyakit lain, seperti bintik daun yang disebabkan oleh Colletotrichum spp., Homortegia durionir dan Phyllorticta durionir, dan busuk buah (Rhizopus sp.), tidak begitu berarti. Berbagai hama telah diamati menyerang durian, tetapi kerusakannya tampaknya hanya kadang-kadang. Suatu ulat pengebor buah, Hypoperigea (Plagideicta) lepro.rtricta, memakan biji durian, dan tampaknya lebih sering terjadi. Mamalia, seperti tikus, babi hutan, dan beruang, senang sekali memakan buah durian, dan buahbuah yang berjatuhan harus dikumpulkan setiap pagi agar mengurangi kerugian.

Panen dan Pasca Panen

Panen Pohon durian tumbuh sangat tinggi, dan karena sulit menerka matangnya buah, praktek yang umum dilakukan ialah menunggu sampai buah itu berjatuhan. Pemanenan secara selektif itu perlu, dan pemetik yang berpengalaman menggunakan berbagai kriteria untuk menaksir kematangan buah durian. Diawali dari jumlah hari yang telah dilewati sejak bunga mekar, mereka juga mungkin memperhatikan warna, elastisitas dan letaknya duri, intensitas bau yang keluar dari buah, suara yang terdengar jika jari-jari dijentikkan pada alur-alur di antara duri, perubahan pada tangkai buah, dan uji-apung di air. Penanganan pasca panen Berkat kulitnya yang kuat, pengangkutan buah durian dipermudah, tetapi adanya duri-duri itu menyulitkan penanganannya; buah ini perlu dipegang tangkainya. Buah yang telah pecah sewaktu jatuh ke tanah, cepat sekali rusak, arilusnya menjadi tengik dalam waktu 36 jam saja. Buah yang masih bertangkai, yang dipungut dari bawah pohonnya masih dapat dimakan setelah 2-3 hari, tetapi jika daya tahan buah yang telah dipungut itu dapat diperpanjang sekitar 1 minggu lagi, hal ini akan merupakan keuntungan yang besar.Buah durianharus segera diangkut ke pasar, diwadahi karung, keranjang bambu atau ditumpuk saja dalam bak truk. Ruang pendingin bersuhu 15° C dapat memperpanjang daya tahan, buah durian selama 3 minggu, dan daging buah yang dibekukan secara cepat akan dapat mempertahankan rasanya selama 3 bulan atau lebih:

Jumat, 19 Februari 2016

Durian Bawor

Durian Bawor Pohon PENDEK BISA BERBUAH, Durian Bawor merupakan jenis durian yangBERKUALITAS dan MUTU nya SANGAT BAIK, sehinggajenis durian ini sangat layak sebagai DURIAN UNGGULAN DAN DI BUDIDAYAKAN.
Saat ini memang masih sedikit orang yang mengenal durian jenis ini, tetapi dengan banyaknya informasi media masa dan perkembangan teknologi khususnya di bidang Agrobisnis DURIAN BAWOR mulai banyak di minati oleh pecinta durian dan para Pengusaha perkebunan.
Harga Bibit DURIAN BAWOR ini relatif tinggi dari jenis durian montong biasa, tapi tingginya harga tersebut tentunya sesuai dengan KUALITAS BUAHyang di hasilkan. Salah Satu Yang menjadi  keUNIKan dari bibit durian BAWOR ini adalah akarnya yang menyerupai AKAR BAKAU. Bibit durian Bawor mempunyai akar lebih dari satu ada yang 3,4 .
Tujuan dari akar banyak ini adalah :
  1. Mempercepat pertumbuhan
  2. untuk memperbanyak cadangan makanan jadi nutrisi yang dihasilkan lebih banyak sehingga kualitas buahnyapun juga baik.
  3. Memperkokoh pohon sehingga tahan gonjangan longsor ataupun kena angin kencang
  4. Lebih tahan dari Kekeringan karena perakarananya yang banyak
  5. Memberikan keUNIKAN tersendiri
Durian Bawor merupakan jenis durian yang batang atasnya dari jenis durian MONTONG ORANYE yang memiliki Rasa MANIS LEGIT, sedikit RASA PAHIT, Dagingnya TEBAL, dan Lembut, warna daging durian yang MENARIK yaitu KUNING semuORANYE, dan bijinya 40% kempes.
BUDIDAYA nya pun MUDAH DAN MURAHPemupukan cukup 2-3kali dalam setahun. Biaya perawatan kebun durian ini berkisar Rp 200.000 hingga Rp 500.000 setiap pohon per tahun. Biaya tersebut antara lain untuk membeli pupuk kandang, NPK, pestisida, fungisida dll.
Di lahan seluas satu hektare, para petani bisa menanam hingga 150-160 pohon( disesuaikan dengan bentuk tanah). Dengan jarak tanam minim 7x7m. Setelah mencapai umur tiga tahun, durian ini bisa mulai dipanen. Dan pada saat buah pertama memang diperlukan pengurangan buah hal ini bertujuan supaya pohonya tidak mengalami setres.  Satu pohon umur 3-4th  buah pertama kali disisakan 4-5 buah saja (disesuaikan besar kecilnya batang).
Satu pohon umur 5th bisa menghasilkan 100 kilogram (kg) buah, dengan berat rata-rata satu buahnya mencapai 4-5kg. dan Besar buah bisa mencapai 10-12kg.

KEUNGGULAN Bibit Durian BAWOR antara lain :
  1. Rasa Buah MANIS LEGIT dan sedikit pahit
  2. Daging Buah TEBAL dan 40% biji kempes
  3. Warna daging buah MERNARIK yaitu KUNING semu ORANYE
  4. Pohonya MUDAH TUMBUH dan CEPAT menghasilkan BUAH cocok untuk tujuan KOMERSIL
  5. Ukuran buah BESAR bisa mencapai 12 Kg rata-rata berat buah 4-5kg.
  6. Pohonya KOKOH karena di topang  akar yang banyak
  7. Lebih tahan terhadap cuaca KERING karena cadangan makanannya banyak (dengan banyaknya akar)
  8. Pohonya sebagai penahan longsor dan banjir (akarnya banyak sehingga kokoh)
ANALISA USAHA
Investasi 2 Bibit Durian Bawor harga (150rb ukuran 1m) x 2 = Rp. 300.000
Pupuk Kandang, Pupuk Organik dan perawatan  kurang lebih Rp. 500.000/th,-
Hasil Panen dan Penjualan :
1 Pohon umur 5th menghasilkan rata-rata 30 buah (bisa lebih) x 2 = 60buah, dengan berat rata-rata buahnya 4 kg.
Harga buah Durian per Kg nya Rp. 25.000,-
Rp. 25.000 x 4Kg x 30buah x 2pohon                               = Rp. 6.000.000,
kalo 10 pohon berarti Rp 6.000.000 x 10pohon       = Rp. 60.000.000,
kalo punya 50 pohon 6.000.000 x 50pohon             = Rp. 300.000.000
kalo punya 100 pohon ??? WWWAAUU….!! suatuPENGHASILAN  yang sangat MENGGIURKANBukan?
Tentunya sekarang anda bisa MEMBAYANGKANjika mempunyai penghasilan begitu BESAR hanya dari KEBUN anda saja.. belum dari penghasilan anda yang lain.
Hub. Bpk Tovik . MURAH dan dapatkan DISKON pesan hari ini.
Kami Bergerak Dalam Pembibitan Durian BAWOR, Durian MONTONG, Durian Menoreh Kuning, Durian Musang King dan Durian Unggulan Lainya.
Kami Siap Melayani Pesanan baik GROSIR ataueceran
Alamat : Purwosari Rt06/01 Kecamatan Puring Kab Kebumen.


ANALISA PERKEBUNAN DURIAN

Durian Bawor merupakan durian unggulan dari Banyumas Jawa Tengah, durian bawor ini juga terkenal dengan nama Durian Montong Oranye, karena memang warna dagingnya yang Kuning keorenan, Rasa yang Manis Legit, sedikit pahit, daging Tebal, Biji Sebagian kempis, berata rata-rata 4-5kg. Terbesar bisa 12kg.
Usaha Berkebun Durian saat ini menjadi Trends Usaha di bidang Agrobisnis yang sangat Menjanjikan karena memang keuntungan yang di dapat sangat Menjanjikan.
Berikut ini saya sampaikan Hitungan Analisa secara Umum Budida Durian Bawor  data diambil dari semua pemilik kebun  didaerah banyumas jawa tengah),
1pohon umur 5-6th bisa menghasilkan buah kurang lebih 30buah. jika berat per buah paling ringan 2,5 kg  dan harga per kg buahnya Rp 20.000, maka 1 buahnya harganya Rp50.000 ,
kalau satu pohon ada 30 buah maka satu pohon sekali panen menghasilkan  30buah x 50 ribu : Rp.1.500.000/ pohon .
Jika satu Hektar masuk 150pohon x  Rp1.500.000 per panen =225.000.0000 WAAU HASIL YANG FANTASTIS BUKAN? kalau kita punya kebun 2, 3, 4 ha???
Apalagi Kalau kita bisa langsung Jual Ke KONSUMEN dengan 30.000 per Kg. Anda Bisa Menghitung Sendiri berapa keuntungan yang di dapat. 
Coba anda cek harga durian montong di supermarket-supermarket Harga FANTASTIS bukan. ? mereka di pasok dari Thailand dan Malaisia ?
KENAPA BUKAN KITA YANG MASOK? Itulah Tugas Kita…!

Tentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal memerlukan Perawatan yang intensif dan berkelanjutan. Standar Minimal Pemupukan Durian Bawor
  1. Pupuk kandang kotoran kambing 1 karung tiap 3 bulan sekali (harga pupuk 10.000/karung)
  2.  TSP setengah kilogram ( 5000 rupiah)
  3.  NPK setengah kilogram ( 5000 rupiah)
  4. Gandasil D untuk semprot daun (4500 rupiah untuk 5-10 pohon)
  5. Pestisida pembunuh belalang dan semut didaun dan batang (11.000 rupiah untuk 20 pohon sampai 50 pohon)
Coba KALAU PUNYA PETERNAKAN SENDIRI, PUPUK yang di hasilkan diolah untuk Pemupukan Kebun,, Akan Memangkas Biaya Operasinal bukan??
Anggap ongkos pemupukannya 25.000/pohon maka dalam setahun satu pohon untukMenghasibiskan kurang lebih  300ribu, jika 150 pohon = Rp45.000.000.
jika sekali panen terjelek Rp.200,000.000 per tahun maka dikurangi ongkos pupuk Rp. 45.000.000 akan didapat hasil bersih : Rp. 155.000.000 / 12 bulan kalau dihitung  diangka GAJIAN per BULAN nya Rp. 12.916.666 (ini hanya estimasi terjeleknya). dan semakin Tahun produksi akan terus meningkat. umur pohon 10tahun bisa menghasilkan kurang lebih 60-70buah dengan berat rata-rata 3kg.
Semoga Ilustrasi Analisa Usaha Berkebun Durian ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan apabila ada kesalahan dalam hitungan saya mohon maaf sebesar-besarnya.

Oleh: H.Tovik

Pemesanan bibit bisa juga anda dapatkan melalui hp/wa. 085729957332 pin 7C3A0EAD

Jumat, 04 Oktober 2013

CIKAL BAKAL KALIBAWANG
(Oleh Faizin)

Diperkirakan bertepatan dengan masa pergolakan perang diponegoro antara tahun 1825-1830 di Daerah Ledok (Wonosobo sekarang) merupakan basis pertahanan tentara pejuang kemerdekaan yang berasal dari daerah Ngayokartohadiningrat, dan daerah-daerah lain disekitarnya, diantaranya dari Bagelen, Lowano dan lain-ain terdesak kebenarannya oleh pejajah belanda. Dalam perjalananya menyingkir ke dadaerah aman sambil menyebarkan agama islam di desa-desa yang dilewati atau disinggahi antara lain yang menuju kearah barat, melewati  daerah Salaman Desa Wuwuharjo, Desa Tegalgot, Kalilusi dan seterusnya sampai ke kota Wonosobo.
Konon berdasarkan cerita para sesepuh di Kalibawang bersama dengan perjalanan sejarah tersebut diatas, tersebutlah Raden LUKITO, seorang pengelana, yaitu putra salah satu dari ADIPATI LOANO, beliau melakukan pengelanaan setelah mendapatkan ijin dari kedua orang tuanya, bersama seorang abdi dengan pangkat Bekel.
Sebelum berangkat R. LUKITO menerima pesan dari sang Adipati, diantaranya agar dalam pengelanaan tersebut supaya berjalan menelusuri sungai Gowong yaitu sungai yang membelah dua Desa Karangsambung (sekarang ), menuju kearah hulu, dan apabila dikemudian hari ditemukan / dijumpai pohon mbawang (sejenis poho mangga) disuruh berhentidan disitulah diperintahkan untuk bertmpat tinggal atau bermukim, kemudian setelah berhari-hari melewati perjalanan panjang dan melelahkan sampailah ketempat yang dituju, dan disitu akhir pejalanan R. LUKITO dan KI BEKEL.
Selanjutnya kedua pengelana tersebut mulai membuka hutan disekitarnya dengan peralatan yang sangat sederhana. Pada suatu ketika R. LUKITO membabat semak belukar tersebut yang cukup lebat, lalu terperosok ketengah atau kedalam belukar tersebut, maka dalam suatu kepanikan, terkejutlah R. Lukito setelah melihat dan mengamati di sekelilingnya, terdapat puing-puing kayu yang masih berdiri, dan ternyata adalah bekas bangunan rumah tua yang terbuat dari kayu nangka dan atap ijuk berbentuk rumah joglo (brunjung) rumah khas jawa dan didalamnya terdapat pula meja bundar yang berukuran besar serta kursi goyang.
Disinilah kiranya R. Lukito mendapatkan firasat untuk menempati rumah tua, sebagaimana pesan yang dapat ditangkap dari sang ayah (Adipati Loano), kemudian sebagai tetenger tempat tersebut diberi nama Desa Kalibawang, yaitu diambil dari nama Kali (sungai) yang ditepinya ditumbuhi pohon mbawang, dan tepatnya lokasi tersebut sekarang adalah rumah salah satu pewaris keturunan ke VI dari R. Lukito yaitu Ibu Sumartasih Budiyuwono. Sedangkan bekas rumah dan sebagian perabot rumah tangganya sudah raib dari tangan ahli warisnya, termasuk pusaka-pusaka peninggalannya.
Perkembangan selanjutnya Desa Kalibawang menjadi tempat perkampungan baru, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang menempati sekitar desa tersebut, maka R. Lukito dipercaya menjadi penguasa desa dengan pangkat Demang I (pertama) di Kademangan Kalibawang, yang sekaligus merupakan cikal bakal pendiri Desa Kalibawang, sedangkan Desa Kalibawang adalah merupakan daerah wewengkon atau wilayah pemerintahan kecamatan Sapuran, pada waktu itu dengan gelar DEMANG KERTOPRAWIRO I.
Sebagai penguasa, R. Lukito atau Demang Kertoprawiro I mempunyai istri bernama R. NGT. Danuwijoyo atau Nyai GOBER atau Nyai KOPEK, nama panggilan ini lebih dikenal oleh masyarakat karena beliau mempunyai payudara yang besar dan panjang (kopek), sehingga apabila menyusui putra-putrinya cukup digendong di belakang.
Menurut cerita, Nyai Kopek (Nyai Gober) merupakan putri pemberian (hadiah) dari Keraton Surakarta yaitu putri keturunan/Grat ke IV dari Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhanan Prabu Mangkurat Djowo Senopati Ing Alogo Kartosuro, sehingga wajar apabila Nyai Kopek mempunyai kelebihan/kesaktian yang linuwih. Salah satu cerita ini diriwayatkan, yaitu ketika Ki Demang menyuruh istrinya mengambilkan api di dapur untuk menyalakan rokok, maka diambillah bara api kayu galar langsung dengan tangannya dari tunggu/luweng dan diletakkan di ujung kain (jarik/nyamping) Nyai Kopek kemudian diberikan kepada Ki Demang, ternyata apa yang terjadi, bahwa tangan Nyi Kopek tidak merasakan panas serta kain yang dipakainya tidak terbakar sedikit pun, dan Ki Demang sendiri tidak berani mengambil bara api tersebut seperti yang dilakukan Nyai Kopek.
Ucapan-ucapan atau kata-kata Nyai Kopek yang sampai sekarang masih diyakini diantaranya adalah ketika siang hari beliau mandi di sungai Gowong dengan rambut yang terurai di bantaran air sungai, tiba-tiba rambut beliau dibelit-belit ikan tombro yang besar, sehingga rambut beliau nyaris sampai rontok. Setelah kejadian itu beliau berwasiat bahwa anak cucu dan keturunannya kelak banyak yang berkepala botak.
Selanjutnya Ki Demang karena merasa malu, melihat kesaktian istrinya, pada suatu hari Ki Damang, berpamitan untuk bertapa di Gunung Gematung yang terletak di Desa  Dempel dengan banyak misterinya (sebelah barat Desa Kalibawang) menjulang tinggi sekitar ± 200 m sebagai lambang perkasaan masyarakat Desa Dempel.
Konon menurut ceritanya pada waktu melakukan pertapaannya selama  40 hari, tubuh Ki Demang masih kelihatan dari luar, namun setelah 40 hari kemudian sudah tidak nampak lagi, karena sudah tertutup pepohonan dan dedaunan yang semakin lebat, pertapaan tersebut dilakukan selama kurang lebih 3 tahun lamanya. Pada akhir pertapaan Ki  Demang pulang kerumah, namun karena badan sudah kurus kering tanpa daya, sehingga perjalananya melayang bagaikan daun dihembus angin kencang  dan jatuh di depan regol atau pintu rumah.
Setelah Nyai Kopek melihat R. Lukito pulang, maka utusan/perintah kepada kedua Abdinya untuk memapah Ki Demang yang sudah tidak berdaya itu masuk rumah, tetapi ternyata tidak kuat mengangkatnya walaupun tubuhnya tinggal tulang dibalut kulit. Kemudian Nyai Kopek sendirilahyang membopongnya dan ditidurkan di atas tikar dipinggir dapur (pawon/luweng) tempat nyai kopek memasak. Untuk membangkitkan kembali tenaga Ki Demang, selama beberapa hari berturut-turut hanya diberi asap (kebul liwetan nasi), air beberapa sendok, lalu bubur selama 40 hari, kemudian baru Ki Demang sedikit demi sedikit dapat bangun kembali. Suatu keajaiban setelah tubuh Ki Demang menjadi sehat, kulit Ki Demang dapat dilepasakan seperti baju (mlungsungi), dan kulit tersebut dapat dicantelkan pada paku gantung, kono ceritanya setelah Ki Demang meninggal, kulit tersebut dianggap benda yang bertuah dan sangat dikeramatkan, bahkan setiap hari-hari tertentu, seperti jum’at kliwon dan selasa kliwon dibakar kemenyan (dupo). Namun pada oerkembangan selanjutnya besama dengan semakin dalamnya pemahaman agama Islam, maka kebiasaan tersebut akhirnya dihilangkan. Kulait wlungsaungan tersebut akhirnya di simpan ditempat khusus (besek) yang sewaktu-waktu dapat dilihat, dan sekarang sebagian berada ditempat Bapak Supriyarto. As (salah satu pewaris). Menurut hasil dari pertapaan tersebut, Ki Demang memeprolehsepucuk pusaka bernama Keris Lintang Kemukus, dan pusaka tersebut diwariskan secara turun temurun, namun sampai sekarang belum diketahui siapa yang menyimpannya.
Pada waktu R. Lukito (Demang Karto Prawiro) bertapa, Kademangan Kalibawang terjadi huruhara dengan prajurit kalilusi yang dipimpin oleh Demang Kalilusi sendiri, pertempuran antara kedua kademangan terjadi di Kotak Ombo (sebelah selatan atau Dukuh Sabrang Kidul desa Kalibawang). Para Para Prajurit(abdi) dari kalibawang merasa kerepotan, maka diperintahkan untuk mundur oleh Ny. Kopek. Dan beliau lah yang akan menghadapi sendiri. Dalam peperangan tersebut Ny. Kopek hanya bersenjata Tombak sebesar buah pucung dan peralatan dapur sperti : muntu, irus, centong dan lain sebagainya berjalan sendiri bagaikan pasukan perangnya, namun dengan peralatan perang tersebut, prajurit kalilusi sendiri saling menyerang, dan akhirnya Demang Kalilusi sendri tewas dalam pertempuran tersebut, kemudian sisa prajurit kalilusi yang masih selamat tunggang langgang lari kembali ke Kalilusi. Perkembangan selanjutnya tntang riwayat Ny. Kopek  tidak diketahui secara pasti kapan meninggalnya dan dimana makamnya. Namun ada beberapa versi yang berpendapat antara lain pertama : bahwa Ny. Kopek pada usia lanjut kembali ke Surakarta.pendapat tersebut diyakini setelah sebelum wafatnya salah satu keturunan Kertoprawiran bernama Ir. Sugeng, M. Si (Osen Universitas Jendral Soedirman Purwekerto tahun 2005) mendapatkan firasat goib berkomunikasi sendiri dengan arwah Ibu R. Ngt. Danuwijaya bahwa beliau meningal setelah sampai di Surakarta dan di makamkan di komplek raja-raja Keraton Surakarta.
Ada versi yang memperkirakan bahwa beliau meninggal dunia dalam perjalanan menuju Surakarta di Desa Kaliwungu Kecamatan Bruno, beliau meninggal dan di makamkan di Desa tersebut karena dimakam tersebut sampai sekarang masih dipundi-pundi oleh penduduk setempat sebagai tempat di kramatkan. Versi lain menceritakan bahwa Ny. Kopek ( Ny. Gober) meninggal di Dusun Gedongan Desa Tempurejo dan di makamkan di Dusun Gedongan, namun saat itu jenazah  Ny. Kopek jadi rebutan dengan masyarakat Kalibawang, sehingga pada suatu ketika jenazahnya dicuri oleh masyarakat Kalibawang yang merasa bahwa beliaulah tokoh dan panutan yang disegani di Kalibawang, sehinga yang merasa lebih berwenang dan akhirnya disemayamkan di pemakaman umum Dusun Kalibawang, bersama denan abdinya (Ki Bekel). Dan berada dalam satu kelomplek dengan makam Demang Kertoprawiro II dan istri serta kerabat keturunan Kertoprawiran lainnaya. Dari ketiga vesi tersebut belum bisa dipastikan tentang makam beliau sampai sekarang.
Hubungan pemerinatahan saat itu antara Kalibawang dengan Kraton Surakarta sangat baik, sehingga pada stiap saat Demang Kertoprawiro secara rutin mengirimkan upeti(bulu bekti) sebagai pertanda kepatuhan rakayat kepada rajanya.
Menurut kabar, bahwa perkawinannya dengan R. Lukito (Kertoprawiro I) dengan Ny. Kopek (Ny. Gober) dikaruniai beberapa putra, sebagai penerus keturunan di Kademangan Kalibawang salah satu putranya dengan gelar Kertoprawiro II. Sedangkan Demang Kertoprawiro I(R. Lukito) meninggal di Kalibawang dan di makamkan di Dusun Gemantung.









Sumber :
1.    Drs. Sugeng Haryadi
2.    Riwi Digdo

3.    Arsip keluarga Kertoprawiran
CIKAL BAKAL KALIBAWANG
(Oleh Faizin)

Diperkirakan bertepatan dengan masa pergolakan perang diponegoro antara tahun 1825-1830 di Daerah Ledok (Wonosobo sekarang) merupakan basis pertahanan tentara pejuang kemerdekaan yang berasal dari daerah Ngayokartohadiningrat, dan daerah-daerah lain disekitarnya, diantaranya dari Bagelen, Lowano dan lain-ain terdesak kebenarannya oleh pejajah belanda. Dalam perjalananya menyingkir ke dadaerah aman sambil menyebarkan agama islam di desa-desa yang dilewati atau disinggahi antara lain yang menuju kearah barat, melewati  daerah Salaman Desa Wuwuharjo, Desa Tegalgot, Kalilusi dan seterusnya sampai ke kota Wonosobo.
Konon berdasarkan cerita para sesepuh di Kalibawang bersama dengan perjalanan sejarah tersebut diatas, tersebutlah Raden LUKITO, seorang pengelana, yaitu putra salah satu dari ADIPATI LOANO, beliau melakukan pengelanaan setelah mendapatkan ijin dari kedua orang tuanya, bersama seorang abdi dengan pangkat Bekel.
Sebelum berangkat R. LUKITO menerima pesan dari sang Adipati, diantaranya agar dalam pengelanaan tersebut supaya berjalan menelusuri sungai Gowong yaitu sungai yang membelah dua Desa Karangsambung (sekarang ), menuju kearah hulu, dan apabila dikemudian hari ditemukan / dijumpai pohon mbawang (sejenis poho mangga) disuruh berhentidan disitulah diperintahkan untuk bertmpat tinggal atau bermukim, kemudian setelah berhari-hari melewati perjalanan panjang dan melelahkan sampailah ketempat yang dituju, dan disitu akhir pejalanan R. LUKITO dan KI BEKEL.
Selanjutnya kedua pengelana tersebut mulai membuka hutan disekitarnya dengan peralatan yang sangat sederhana. Pada suatu ketika R. LUKITO membabat semak belukar tersebut yang cukup lebat, lalu terperosok ketengah atau kedalam belukar tersebut, maka dalam suatu kepanikan, terkejutlah R. Lukito setelah melihat dan mengamati di sekelilingnya, terdapat puing-puing kayu yang masih berdiri, dan ternyata adalah bekas bangunan rumah tua yang terbuat dari kayu nangka dan atap ijuk berbentuk rumah joglo (brunjung) rumah khas jawa dan didalamnya terdapat pula meja bundar yang berukuran besar serta kursi goyang.
Disinilah kiranya R. Lukito mendapatkan firasat untuk menempati rumah tua, sebagaimana pesan yang dapat ditangkap dari sang ayah (Adipati Loano), kemudian sebagai tetenger tempat tersebut diberi nama Desa Kalibawang, yaitu diambil dari nama Kali (sungai) yang ditepinya ditumbuhi pohon mbawang, dan tepatnya lokasi tersebut sekarang adalah rumah salah satu pewaris keturunan ke VI dari R. Lukito yaitu Ibu Sumartasih Budiyuwono. Sedangkan bekas rumah dan sebagian perabot rumah tangganya sudah raib dari tangan ahli warisnya, termasuk pusaka-pusaka peninggalannya.
Perkembangan selanjutnya Desa Kalibawang menjadi tempat perkampungan baru, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang menempati sekitar desa tersebut, maka R. Lukito dipercaya menjadi penguasa desa dengan pangkat Demang I (pertama) di Kademangan Kalibawang, yang sekaligus merupakan cikal bakal pendiri Desa Kalibawang, sedangkan Desa Kalibawang adalah merupakan daerah wewengkon atau wilayah pemerintahan kecamatan Sapuran, pada waktu itu dengan gelar DEMANG KERTOPRAWIRO I.
Sebagai penguasa, R. Lukito atau Demang Kertoprawiro I mempunyai istri bernama R. NGT. Danuwijoyo atau Nyai GOBER atau Nyai KOPEK, nama panggilan ini lebih dikenal oleh masyarakat karena beliau mempunyai payudara yang besar dan panjang (kopek), sehingga apabila menyusui putra-putrinya cukup digendong di belakang.
Menurut cerita, Nyai Kopek (Nyai Gober) merupakan putri pemberian (hadiah) dari Keraton Surakarta yaitu putri keturunan/Grat ke IV dari Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhanan Prabu Mangkurat Djowo Senopati Ing Alogo Kartosuro, sehingga wajar apabila Nyai Kopek mempunyai kelebihan/kesaktian yang linuwih. Salah satu cerita ini diriwayatkan, yaitu ketika Ki Demang menyuruh istrinya mengambilkan api di dapur untuk menyalakan rokok, maka diambillah bara api kayu galar langsung dengan tangannya dari tunggu/luweng dan diletakkan di ujung kain (jarik/nyamping) Nyai Kopek kemudian diberikan kepada Ki Demang, ternyata apa yang terjadi, bahwa tangan Nyi Kopek tidak merasakan panas serta kain yang dipakainya tidak terbakar sedikit pun, dan Ki Demang sendiri tidak berani mengambil bara api tersebut seperti yang dilakukan Nyai Kopek.
Ucapan-ucapan atau kata-kata Nyai Kopek yang sampai sekarang masih diyakini diantaranya adalah ketika siang hari beliau mandi di sungai Gowong dengan rambut yang terurai di bantaran air sungai, tiba-tiba rambut beliau dibelit-belit ikan tombro yang besar, sehingga rambut beliau nyaris sampai rontok. Setelah kejadian itu beliau berwasiat bahwa anak cucu dan keturunannya kelak banyak yang berkepala botak.
Selanjutnya Ki Demang karena merasa malu, melihat kesaktian istrinya, pada suatu hari Ki Damang, berpamitan untuk bertapa di Gunung Gematung yang terletak di Desa  Dempel dengan banyak misterinya (sebelah barat Desa Kalibawang) menjulang tinggi sekitar ± 200 m sebagai lambang perkasaan masyarakat Desa Dempel.
Konon menurut ceritanya pada waktu melakukan pertapaannya selama  40 hari, tubuh Ki Demang masih kelihatan dari luar, namun setelah 40 hari kemudian sudah tidak nampak lagi, karena sudah tertutup pepohonan dan dedaunan yang semakin lebat, pertapaan tersebut dilakukan selama kurang lebih 3 tahun lamanya. Pada akhir pertapaan Ki  Demang pulang kerumah, namun karena badan sudah kurus kering tanpa daya, sehingga perjalananya melayang bagaikan daun dihembus angin kencang  dan jatuh di depan regol atau pintu rumah.
Setelah Nyai Kopek melihat R. Lukito pulang, maka utusan/perintah kepada kedua Abdinya untuk memapah Ki Demang yang sudah tidak berdaya itu masuk rumah, tetapi ternyata tidak kuat mengangkatnya walaupun tubuhnya tinggal tulang dibalut kulit. Kemudian Nyai Kopek sendirilahyang membopongnya dan ditidurkan di atas tikar dipinggir dapur (pawon/luweng) tempat nyai kopek memasak. Untuk membangkitkan kembali tenaga Ki Demang, selama beberapa hari berturut-turut hanya diberi asap (kebul liwetan nasi), air beberapa sendok, lalu bubur selama 40 hari, kemudian baru Ki Demang sedikit demi sedikit dapat bangun kembali. Suatu keajaiban setelah tubuh Ki Demang menjadi sehat, kulit Ki Demang dapat dilepasakan seperti baju (mlungsungi), dan kulit tersebut dapat dicantelkan pada paku gantung, kono ceritanya setelah Ki Demang meninggal, kulit tersebut dianggap benda yang bertuah dan sangat dikeramatkan, bahkan setiap hari-hari tertentu, seperti jum’at kliwon dan selasa kliwon dibakar kemenyan (dupo). Namun pada oerkembangan selanjutnya besama dengan semakin dalamnya pemahaman agama Islam, maka kebiasaan tersebut akhirnya dihilangkan. Kulait wlungsaungan tersebut akhirnya di simpan ditempat khusus (besek) yang sewaktu-waktu dapat dilihat, dan sekarang sebagian berada ditempat Bapak Supriyarto. As (salah satu pewaris). Menurut hasil dari pertapaan tersebut, Ki Demang memeprolehsepucuk pusaka bernama Keris Lintang Kemukus, dan pusaka tersebut diwariskan secara turun temurun, namun sampai sekarang belum diketahui siapa yang menyimpannya.
Pada waktu R. Lukito (Demang Karto Prawiro) bertapa, Kademangan Kalibawang terjadi huruhara dengan prajurit kalilusi yang dipimpin oleh Demang Kalilusi sendiri, pertempuran antara kedua kademangan terjadi di Kotak Ombo (sebelah selatan atau Dukuh Sabrang Kidul desa Kalibawang). Para Para Prajurit(abdi) dari kalibawang merasa kerepotan, maka diperintahkan untuk mundur oleh Ny. Kopek. Dan beliau lah yang akan menghadapi sendiri. Dalam peperangan tersebut Ny. Kopek hanya bersenjata Tombak sebesar buah pucung dan peralatan dapur sperti : muntu, irus, centong dan lain sebagainya berjalan sendiri bagaikan pasukan perangnya, namun dengan peralatan perang tersebut, prajurit kalilusi sendiri saling menyerang, dan akhirnya Demang Kalilusi sendri tewas dalam pertempuran tersebut, kemudian sisa prajurit kalilusi yang masih selamat tunggang langgang lari kembali ke Kalilusi. Perkembangan selanjutnya tntang riwayat Ny. Kopek  tidak diketahui secara pasti kapan meninggalnya dan dimana makamnya. Namun ada beberapa versi yang berpendapat antara lain pertama : bahwa Ny. Kopek pada usia lanjut kembali ke Surakarta.pendapat tersebut diyakini setelah sebelum wafatnya salah satu keturunan Kertoprawiran bernama Ir. Sugeng, M. Si (Osen Universitas Jendral Soedirman Purwekerto tahun 2005) mendapatkan firasat goib berkomunikasi sendiri dengan arwah Ibu R. Ngt. Danuwijaya bahwa beliau meningal setelah sampai di Surakarta dan di makamkan di komplek raja-raja Keraton Surakarta.
Ada versi yang memperkirakan bahwa beliau meninggal dunia dalam perjalanan menuju Surakarta di Desa Kaliwungu Kecamatan Bruno, beliau meninggal dan di makamkan di Desa tersebut karena dimakam tersebut sampai sekarang masih dipundi-pundi oleh penduduk setempat sebagai tempat di kramatkan. Versi lain menceritakan bahwa Ny. Kopek ( Ny. Gober) meninggal di Dusun Gedongan Desa Tempurejo dan di makamkan di Dusun Gedongan, namun saat itu jenazah  Ny. Kopek jadi rebutan dengan masyarakat Kalibawang, sehingga pada suatu ketika jenazahnya dicuri oleh masyarakat Kalibawang yang merasa bahwa beliaulah tokoh dan panutan yang disegani di Kalibawang, sehinga yang merasa lebih berwenang dan akhirnya disemayamkan di pemakaman umum Dusun Kalibawang, bersama denan abdinya (Ki Bekel). Dan berada dalam satu kelomplek dengan makam Demang Kertoprawiro II dan istri serta kerabat keturunan Kertoprawiran lainnaya. Dari ketiga vesi tersebut belum bisa dipastikan tentang makam beliau sampai sekarang.
Hubungan pemerinatahan saat itu antara Kalibawang dengan Kraton Surakarta sangat baik, sehingga pada stiap saat Demang Kertoprawiro secara rutin mengirimkan upeti(bulu bekti) sebagai pertanda kepatuhan rakayat kepada rajanya.
Menurut kabar, bahwa perkawinannya dengan R. Lukito (Kertoprawiro I) dengan Ny. Kopek (Ny. Gober) dikaruniai beberapa putra, sebagai penerus keturunan di Kademangan Kalibawang salah satu putranya dengan gelar Kertoprawiro II. Sedangkan Demang Kertoprawiro I(R. Lukito) meninggal di Kalibawang dan di makamkan di Dusun Gemantung.









Sumber :
1.    Drs. Sugeng Haryadi
2.    Riwi Digdo

3.    Arsip keluarga Kertoprawiran